Apa Solusi Tercepat untuk Mengerem Pemanasan Global Vegetarian: Cara Tercepat Mengerem Pemanasan Global Hingga 80%  

Oleh M. Akbar Fitriyan, Hs

Sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya, pada November 2006 PBB telah merilis laporan mengejutkan yang berhasil membuka mata dunia bahwa ternyata 18% dari emisi gas rumah kaca datang dari aktifitas pemeliharaan ayam, sapi, babi, dan hewan-hewan ternak lainnya. Di sisi lain, mobil, sepeda motor, truk-truk besar, pesawat terbang, dan semua sarana transportasi lainnya yang bisa Anda sebutkan hanya menyumbang 13% emisi gas rumah kaca. Bayangkanlah kenyataan ini: Ternyata penghasil utama emisi gas berbahaya yang mengancam kehidupan planet kita saat ini bukanlah mobil, sepeda motor, ataupun truk dan bus dengan polusinya yang menjengkelkan Anda. Tetapi emisi berbahaya itu datang dari sesuatu yang nampak sederhana, tidak berdaya, dan nampak lezat di meja makan Anda. Yaitu daging!

Mungkin bagi Anda hal ini sangat berlebihan. Tetapi ketahuilah bahwa laporan ini bukan dirilis oleh sekelompok ilmuwan paranoid yang tidak kompeten, ataupun peneliti dari tingkat universitas lokal. Laporan ini dirilis langsung oleh PBB melalui FAO (Food and Agriculture Organization—Organisasi Pangan dan Pertanian). Tentu agak sulit membayangkan bagaimana mungkin seekor anak ayam yang terlahir dari telurnya yang begitu rapuh, yang terlihat begitu kecil dibandingkan luasnya planet ini, bisa memberikan pengaruh yang begitu besar pada perubahan iklim. Jawabannya adalah pada jumlah mereka mereka yang luar biasa banyak. Amerika Serikat saja menjagal tidak kurang dari 10 miliar hewan darat setiap tahunnya (tidak termasuk ikan dan hewan laut lainnya). Bayangkan berapa banyak jumlahnya bila digabungkan dengan seluruh dunia.

Untuk membantu Anda membayangkan bagaimana sektor peternakan bisa menghasilkan emisi yang begitu besar, simaklah beberapa poin berikut ini:

1 Pemeliharaan hewan ternak memerlukan energi listrik untuk lampu-lampu dan peralatan pendukung peternakan, mulai dari penghangat ruangan, mesin pemotong, dll. Salah satu inefisiensi listrik terbesar adalah dari mesin-mesin pendingin untuk penyimpanan daging. Baik yang ada di peternakan maupun yang ada di titik-titik perhentian (distributor, pengecer, rumah makan, pasar, dll) sebelum daging tersebut tiba di rumah/piring makan Anda. Anda tentu tahu bahwa mesin-mesin pendingin adalah peralatan elektronik yang sangat boros listrik/energi.

2 Transportasi yang digunakan, baik untuk mengangkut ternak, makanan ternak, sampai dengan elemen pendukung peternakan lainnya (obat-obatan dll) menghasilkan emisi karbon yang signifikan.

3 Peternakan menyedot begitu banyak sumber daya pendukung lainnya, mulai dari pakan ternak hingga obat-obatan dan hormon untuk mempercepat pertumbuhan. Mungkin sepintas terlihat seperti pendukung pertumbuhan ekonomi. Tapi dapatkah Anda membayangkan berapa banyak lagi emisi yang dihasilkan tiap industri pendukung tersebut? Perekonomian yang maju tidak ada lagi artinya kalau planet kita hancur! Masih banyak sektor-sektor industri ramah lingkungan yang bisa dikembangkan di dunia ini. Jadi mengapa harus mengembangkan sektor yang membahayakan kehidupan kita semua?

Sumber: Publikasi tanggal 27 Januari 2008

4 Peternakan membutuhkan lahan yang tidak sedikit. Demi pembukaan lahan peternakan, begitu banyak hutan hujan yang dikorbankan. Hal ini masih diperparah lagi dengan banyaknya hutan yang juga dirusak untuk menanam pakan ternak tersebut (gandum, rumput, dll). Padahal akan jauh lebih efisien bila tanaman tersebut diberikan langsung kepada manusia. Peternakan sapi saja telah menyedot makanan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan kalori 8,7 miliar orang! Lebih dari jumlah populasi manusia di dunia. KELAPARAN DUNIA TIDAK AKAN TERJADI JIKA SEMUA ORANG BERVEGETARIAN. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa seorang vegetarian menyelamatkan hingga setengah hektar pepohonan setiap tahunnya! Hutan hujan tropis mengalami penggundulan besar-besaran untuk menyediakan lahan peternakan. Lima puluh lima kaki persegi hutan tropis dihancurkan hanya untuk menghasilkan satu ons burger! Perusakan hutan sama dengan memperparah efek pemanasan global karena CO2 yang tersimpan dalam tanaman akan terlepaskan ke atmosfer bersamaan dengan matinya tanaman tersebut.

5 Hewan-hewan ternak seperti sapi adalah polutan metana yang signifikan. Sapi secara alamiah akan melepaskan metana dari dalam perutnya selama proses mencerna makanan (kita mengenalinya sebagai bersendawa—glegekan kata orang jawa). Metana adalah gas dengan emisi rumah kaca yang 23 kali lebih buruk dari CO2. Dan miliaran hewan-hewan ternak di seluruh dunia setiap harinya melakukan proses ini yang pada akhirnya menjadi polutan gas rumah kaca yang signifikan. Tidak kurang dari 100 milliar ton metana dihasilkan sektor peternakan setiap tahunnya!

6 Limbah berupa kotoran ternak mengandung senyawa NO (Nitrogen Oksida) yang notabene 300 kali lebih berbahaya dibandingkan CO2. Pertanyaannya adalah: Memangnya seberapa banyak kotoran ternak yang ada? Di Amerika Serikat saja, hewan ternak menghasilkan tidak kurang dari 39,5 ton kotoran per detik! Bayangkan berapa banyak jumlah tersebut di seluruh dunia! Jumlah yang luar biasa besar itu membuat sebagian besar kotoran tidak dapat di proses lebih lanjut menjadi pupuk atau hal-hal berguna lainnya, akhirnya yang dilakukan oleh pelaku industri peternakan modern adalah membuangnya ke sungai atau ke tempat-tempat lain yang akhirnya meracuni tanah dan sumber-sumber air. Kontribusi gas NO dari sektor peternakan sangatlah signifikan!

Metana dan Nitro Oksida yang berasal Dari sistem pencernaan dan kotoran hewan menghasilkan emisi gas rumah kaca lebih hebat dari semua mobil,kereta api, dan pesawat digabungkan

Lakukanlah sesuatu! JADILAH VEGETARIAN! Inilah hal yang TERBAIK yang bisa Anda lakukan bila Anda ingin menyumbangkan sesuatu bagi usaha dunia mengerem pemanasan global, disamping dari segala penghematan listrik dan energi yang Anda lakukan.

Penelitian Universitas Chicago telah menunjukkan bahwa seorang vegetarian dapat mengurangi emisi karbon hingga 1,5 ton setiap tahunnya! Jumlah ini bahkan lebih banyak dari mengganti mobil Anda dengan Toyota Prius yang hanya menghemat 1 ton emisi karbon setiap tahunnya. Beberapa media massa luar negeri bahkan menyebut “Vegetarian is the new Prius!”

Berubah menjadi vegetarian tidak membutuhkan biaya apa-apa, bahkan menghemat anggaran belanja Anda. Bandingkan dengan membeli mobil ramah lingkungan yang harganya sangat mahal dan hanya bisa dijangkau oleh orang-orang berduit. Janganlah berpikir bahwa Anda sendirian tidak akan dapat membuat perbedaan karena masih banyak orang di luar sana yang masih melakukannya. Jadilah contoh bagi mereka. Informasi dan contoh nyata dari satu orang dapat menginspirasi ratusan bahkan ribuan orang lainnya. Ini bukanlah candaan ataupun pujian yang dibuat-buat: Tetapi Andalah calon-calon penyelamat dunia ini dengan pilihan dan tindakan Anda yang akan menginspirasi orang-orang lainnya. Seribu orang yang beralih ke pola makan vegetarian sama dengan pengurangan 1.500 ton emisi karbon per tahun. Bila 10% saja dari penduduk Indonesia bervegetarian, kita telah mengurangi sedikitnya 30 juta ton emisi karbon per tahun! Suatu angka penghematan yang sangat fantastis!

Alasan bervegetarian saat ini bukan lagi hanya karena Anda sok baik/peduli pada nasib hewan. Bukan hanya karena Anda sok suci/spiritual. Bukan juga hanya karena Anda peduli pada kesehatan Anda, tetapi lebih dari itu: Anda ingin hidup lebih lama di planet ini dan Anda ingin mewariskan masa depan yang layak bagi Anak cucu Anda kelak! Entah apa yang akan dipikirkan oleh anak cucu kita ketika mereka tahu bahwa masa suram yang mereka jalani di masa depan adalah buah dari ketidakpedulian orang tua mereka.

Berubahlah! apalah artinya mengganti sepotong empal dengan sepotong tahu, bila hal ini berhubungan langsung dengan keselamatan Anda, dan juga masa depan anak cucu Anda. Sesederhana itu untuk menyelamatkan dunia: Lepaskanlah daging dari piring makan Anda! Mulai sekarang, ketika Anda merasa cuaca sangat panas, atau ketika Anda melihat berita bencana alam yang mengerikan di TV atau di koran pagi ini, renungkanlah kembali apa yang baru saja Anda makan tadi malam.

Penyelesaian untuk Krisis Energi: Bahan Bakar Alternatif dan Diet Vegetarian
Mengikuti diet vegetarian bahkan lebih efektif dalam mengurangi emisi rumah kaca daripada mengendarai sebuah kendaraan listrik hibrida, menurut sebuah karya tulis yang diterbitkan pada tanggal 12 April 2006 di Earth Interactions, sebuah jurnal dari Persatuan Geofisika Amerika. Profesor Gidon Eshel dan Pamela Martin dari Universitas Chicago menyimpulkan bahwa mengikuti diet vegan mengurangi emisi C02 sebanyak 1,5 ton tiap tahun, dibanding 1 ton yang dihemat bila berpindah dari sebuah mobil biasa (Toyota Camry) ke sebuah mobil hibrida (Toyota Prius).

Hal yang sangat mengejutkan pada penelitian adalah biaya energi dari memakan ikan hampir sama besarnya dengan makan daging merah. Ini karena biaya yang sangat besar dari menjaring ikan di kapal. Di antara para ahli biologi, ikan dan daging sering dianggap “protein murah” bagi hewan pemangsa. Tetapi, hal sebaliknya berlaku bagi produksi makanan manusia. Untuk manusia, efisiensi energi (energi keluaran dibagi dengan energi masukan) dari protein udang, misalnya, adalah 0.5%, dibanding 510% untuk gandum. Produk-produk hewani lainnya jatuh dalam kisaran 3%. Ini baru menyangkut protein dan belum termasuk nutrisi lainnya; dan dalam hal ini buah-buahan dan sayuran adalah sumber-sumber yang jauh lebih efisien.

Para peneliti menegaskan bahwa studi mereka belum memperhitungkan biaya energi jangka panjang yang sangat besar sehubungan dengan pemakaian sumber-sumber daya alam seperti air dalam produksi daging. Dr. Eshel menyimpulkan, "Kami katakan bahwa semakin Anda sanggup menjalankan diet vegan dan semakin jauh dari makanan berdaging, maka semakin baik bagi planet ini.

http://www.fao.org/newsroom/en/news/2006/1000448/index.html
http://www.nytimes.com/2007/08/29/business/media/29adco.html?st=cse&sq=Livestock+global+warming&scp=20
http://www.huffingtonpost.com/kathy-freston/taking-global-warming-per_b_74497.html
http://www.huffingtonpost.com/kathy-freston/vegetarian-is-the-new-pri_b_39014.html
http://www.greenpeace.org/usa/getinvolved/green-guide/green-lifestyle/go-vegetarian
http://www.goveg.com/environment-globalwarming.asp

Kunci untuk Mengurangi Pemanasan Global dan Penipisan Sumber Alam

Saat ini, masalah pemanasan global dan berkurangnya sumber alam seperti bahan bakar fosil, air segar, dan humus adalah tantangan paling sulit yang pernah dihadapi oleh manusia. Para ilmuwan telah menyimpulkan bahwa mengurangi pengeluaran karbon dioksida (CO2) akan memperkecil pemanasan global, sehingga pada tahun 1997, 181 pemerintahan menandatangani Protokol Kyoto untuk mengurangi emisi bahan kimia beserta lima “gas rumah hijau” lain. Walaupun tindakan ini merupakan suatu langkah positif, dalam majalah ilmiah Physics World (Dunia Fisika) terbitan bulan Juli 2005, fisikawan Inggris, Alan Calverd, mengusulkan suatu cara yang lebih sederhana untuk menghilangkan pemanasan global---berhenti makan daging. Artikelnya “Suatu Pendekatan Radikal terhadap Kyoto” telah tersebar dengan cepat melalui internet dan sedang menjadi pembicaraan hangat di kalangan para ilmuwan.

Walaupun Calverd bukan seorang vegetarian, ia mengakui pemborosan terbesar dari sumber alam dan energi disebabkan oleh meningkatnya jumlah ternak hewan untuk dimakan. Jadi, ia menghitung bermacam-macam pemakaian energi yang menghasilkan CO2, seperti pembakaran bahan bakar fosil dan manusia, serta metabolisme ternak. Ia menemukan bahwa 21% konsumsi energi itu untuk mempertahankan peternakan hewan. Sama dengan pembuangan bahan bakar mobil, pernapasan ternak menghasilkan jumlah CO2 yang sangat besar, dan hal ini merupakan salah satu penyebab pemanasan global. Tetapi faktor ini tidak dimasukkan ke dalam kategori emisi buatan manusia oleh para ilmuwan iklim dan politikus, karena mereka menganggap bahwa hal itu bukanlah suatu fenomena buatan manusia yang tidak dapat diubah.

Lebih lanjut, dari 21% ini, Calverd tidak memasukkan emisi karbon dioksida, seperti produksi pakan, penjagalan mekanis, pengeluaran isi perut, pengemasan, transportasi, dan pendinginan.

Perhitungan yang lebih lengkap mengenai jumlah energi untuk produksi daging telah dilakukan oleh Dr. David Pimentel dari Universitas Cornell, seorang ahli agraria, yang tidak terlibat dalam gerakan vegetarian. Ia terus meneliti jumlah energi dari ‘pertumbuhan’ produksi daging selama sepuluh tahun dan telah menulis 560 makalah ilmiah serta 23 buku mengenai persoalan tersebut. Dr. Pimentel juga sering kali menduduki jabatan di kursi pemerintahan yang mengawasi industri daging. Ia berulang kali memberitahu sesama rekan ilmuwan daging lainnya, ”Saya tidak membuat suatu keputusan moral apa pun. Saya hanya memberikan Anda data.”

Dalam makalahnya di tahun 2004 “Produksi Ternak dan Penggunaan Energi”, Pimentel memperkirakan bahwa jumlah bensin di Amerika Serikat yang digunakan untuk menopang pola makan daging, jumlahnya sangat mencengangkan, yaitu sebanyak 401 galon bensin setiap tahun, sedangkan untuk pola makan vegetarian sebanyak 219 galon bensin. Jumlah ini meningkat secara dramatis dengan semakin banyak daging yang dimakan seseorang. Pimentel juga mengalkulasi: jika seluruh dunia mempunyai pola makan seperti orang-orang di Amerika Serikat, cadangan minyak tanah Bumi akan habis hanya dalam waktu tiga belas tahun. Yang paling luar biasa adalah observasi berikut ini:

Bahkan mengendarai mobil-mobil mewah yang menyedot banyak bensin dapat menghemat energi daripada berjalan kaki. Jumlah kalori yang Anda bakar dengan berjalan kaki berasal dari diet Standar Amerika! Ini karena energi yang dibutuhkan untuk menghasilkan makanan yang akan Anda bakar saat berjalan kaki dalam jarak tertentu adalah lebih besar daripada energi yang diperlukan untuk mengisi bensin di mobil Anda untuk jarak yang sama, dengan asumsi bahwa mobil tersebut menempuh jarak 24 mil setiap galonnya atau lebih dari itu.

Di samping itu, perhitungan yang sama pada saat naik sepeda, dari situs web http://www.bicycleuniverse.info/ mengungkapkan bahwa bersepeda pada pemakan daging memerlukan konsumsi bahan bakar-fosil sama banyak dengan mengendarai sebuah mobil. Emisi lain yang berkaitan dengan daging yang sering terlupakan adalah metana, sebuah produk dari pencernaan makanan anaerob yang dihasilkan ketika seekor sapi mengeluarkan napas. Sebuah studi dari NASA (National Aeronautics and Space Administration) yang diumumkan dalam majalah ilmiah Surat Penelitian Geofisika (Geophysical Research Letters) terbitan bulan Februari 2005 mengungkapkan bahwa karena pengaruh metana pada lapisan ozon di atmosfer, metana menimbulkan pemanasan global dua kali lipat dari yang sebelumnya diperkirakan (10%), dan pola makan daging bertanggung jawab atas sepertiga dari emisi metana biologis.

Statistik lain yang mengejutkan adalah bahwa sembilan miliar hewan ternak yang dipelihara di Amerika Serikat mengonsumsi tujuh kali lipat padi daripada yang dimakan oleh populasi manusia di negara tersebut. Persentase dari padi yang diberikan kepada hewan ternak juga membubung tinggi di negara-negara berkembang seperti Cina, Mesir dan Meksiko. Lebih jauh lagi, menurut Institut Pengawasan Dunia (Worldwatch Institute), tiap pon daging yang diberi makan dengan padi, telah mengakibatkan 35 pon humus terkikis. Jadi untuk mempertahankan pola makan daging, kita memerlukan lebih dari 4.000 galon air setiap hari dibandingkan dengan 300 galon air yang dibutuhkan oleh para vegetarian.

Menurut ahli ekologi ternama Mathis Wackernagel, pola makan daging hewan adalah alasan utama manusia menghabiskan kapasitas-bio jangka panjang planet ini dalam kecepatan yang tidak dapat ditahan. Oleh karena itu, banyak ilmuwan seperti Wackermagel dan Calverd secara ilmiah telah membuktikan bahwa mengonsumsi daging dapat menguras sumber alam Bumi. Tetapi pokok persoalan lain yang tidak dapat diukur dan perlu dipertimbangkan adalah aspek kesejahteraan hewan serta pengaruh moral dari penyembelihan hewan secara massal terhadap kesadaran manusia.

From :
http://www.pemanasanglobal.net

Baca Selengkapnya..

Apa Dampak dari Pemanasan Global  

Oleh M. Akbar Fitriyan, Hs

Fakta #1: Mencairnya es di kutub utara & selatan

Pemanasan Global berdampak langsung pada terus mencairnya es di daerah kutub utara dan kutub selatan. Es di Greenland yang telah mencair hampir mencapai 19 juta ton! Dan volume es di Artik pada musim panas 2007 hanya tinggal setengah dari yang ada 4 tahun sebelumnya! Mencairnya es saat ini berjalan jauh lebih cepat dari model-model prediksi yang pernah diciptakan oleh para ilmuwan. Beberapa prediksi awal yang pernah dibuat sebelumnya memperkirakan bahwa seluruh es di kutub akan lenyap pada tahun 2040 sampai 2100. Tetapi data es tahunan yang tercatat hingga tahun 2007 membuat mereka berpikir ulang mengenai model prediksi yang telah dibuat sebelumnya.

Para ilmuwan mengakui bahwa ada faktor-faktor kunci yang tidak mereka ikutkan dalam model prediksi yang ada. Dengan menggunakan data es terbaru, serta model prediksi yang lebih akurat, Dr. H. J. Zwally, seorang ahli iklim NASA membuat prediksi baru yang sangat mencengangkan: HAMPIR SEMUA ES DI KUTUB UTARA AKAN LENYAP ANTARA TAHUN 2008 - 2012!

Baru-baru ini sebuah fenomena alam kembali menunjukkan betapa seriusnya kondisi ini. Pada tanggal 6 Maret 2008, sebuah bongkahan es seluas 414 kilometer persegi (hampir 1,5 kali luas kota Surabaya) di Antartika runtuh.
Menurut peneliti, bongkahan es berbentuk lempengan yang sangat besar itu mengambang permanen di sekitar 1.609 kilometer selatan Amerika Selatan, barat daya Semenanjung Antartika. Padahal, diyakini bongkahan es itu berada di sana sejak 1.500 tahun lalu. “Ini akibat pemanasan global,” ujar ketua peneliti NSIDC Ted Scambos. Menurutnya, lempengan es yang disebut Wilkins Ice Shelf itu sangat jarang runtuh. Sekarang, setelah adanya perpecahan itu, bongkahan es yang tersisa tinggal 12.950 kilometer persegi, ditambah 5,6 kilometer potongan es yang berdekatan dan menghubungkan dua pulau. “Sedikit lagi, bongkahan es terakhir ini bisa turut amblas. Dan, separo total area es bakal hilang dalam beberapa tahun mendatang,” ujar Scambos.
“Beberapa kejadian akhir-akhir ini merupakan titik yang memicu dalam perubahan sistem,” ujar Sarah Das, peneliti dari Institut Kelautan Wood Hole. Perubahan di Antartika sangat kompleks dan lebih terisolasi dari seluruh bagian dunia.
Antartika di Kutub Selatan adalah daratan benua dengan wilayah pegunungan dan danau berselimut es yang dikelilingi lautan. Benua ini jauh lebih dingin daripada Artik, sehingga lapisan es di sana sangat jarang meleleh, bahkan ada lapisan yang tidak pernah mencair dalam sejarah. Temperatur rata-ratanya minus 49 derajat Celsius, tapi pernah mencapai hampir minus 90 derajat celsius pada Juli 1983. Tak heran jika fenomena mencairnya es di benua yang mengandung hampir 90 persen es di seluruh dunia itu mendapat perhatian serius peneliti.

Fakta #2: Meningkatnya level permukaan laut

Mencairnya es di kutub utara dan kutub selatan berdampak langsung pada naiknya level permukaan air laut (grafik di samping menunjukkan hasil pengukuran level permukaan air laut selama beberapa tahun terakhir). Para ahli memperkirakan apabila seluruh Greenland mencair. Level permukaan laut akan naik sampai dengan 7 meter! Cukup untuk menenggelamkan seluruh pantai, pelabuhan, dan dataran rendah di seluruh dunia.

Peningkatan Level Permukaan Laut yang diukur oleh satelit TOPEX/Poseidon dan Jason-1 (Sumber: NASA)

Fakta #3: Perubahan Iklim/cuaca yang semakin ekstrim

NASA menyatakan bahwa pemanasan global berimbas pada semakin ekstrimnya perubahan cuaca dan iklim bumi. Pola curah hujan berubah-ubah tanpa dapat diprediksi sehingga menyebabkan banjir di satu tempat, tetapi kekeringan di tempat yang lain. Topan dan badai tropis baru akan bermunculan dengan kecenderungan semakin lama semakin kuat. Tanpa diperkuat oleh pernyataan NASA di atas pun Anda sudah dapat melihat efeknya pada lingkungan di sekitar kita. Anda tentu menyadari betapa panasnya suhu di sekitar Anda belakangan ini. Anda juga dapat melihat betapa tidak dapat diprediksinya kedatangan musim hujan ataupun kemarau yang mengakibatkan kerugian bagi petani karena musim tanam yang seharusnya dilakukan pada musim kemarau ternyata malah hujan. Anda juga dapat mencermati kasus-kasus badai ekstrim yang belum pernah melanda wilayah-wilayah terntentu di Indonesia. Tahun-tahun belakangan ini kita makin sering dilanda badai-badai yang mengganggu jalannya pelayaran dan pengangkutan baik via laut maupun udara.

Bila fenomena dalam negeri masih belum cukup bagi Anda, Anda dapat juga mencermati berita-berita internasional mengenai bencana alam. Badai topan di Jepang dan Amerika Serikat terus memecahkan rekor kecepatan angin, skala, dan kekuatan badai dari tahun ke tahun, curah hujan dan badai salju di China juga terus memecahkan rekor baru dari tahun ke tahun. Anda dapat mencermati informasi-informasi ini melalui media massa maupun internet. Tidak ada satu benua pun di dunia ini yang luput dari perubahan iklim yang ekstrim ini.

Fakta #4: Gelombang Panas menjadi Semakin Ganas

Pemanasan Global mengakibatkan gelombang panas menjadi semakin sering terjadi dan semakin kuat. Tahun 2007 adalah tahun pemecahan rekor baru untuk suhu yang dicapai oleh gelombang panas yang biasa melanda Amerika Serikat. Daerah St. George, Utah memegang rekor tertinggi dengan suhu tertinggi mencapai 48o Celcius! (Sebagai perbandingan, Anda dapat membayangkan suhu kota Surabaya yang terkenal panas ‘hanya’ berkisar di antara 30o-37o Celcius). Suhu di St. George disusul oleh Las Vegas dan Nevada yang mencapai 47o Celcius, serta beberapa kota lain di Amerika Serikat yang rata-rata suhunya di atas 40o Celcius. Daerah Death Valley di California malah sempat mencatat suhu 53o Celcius! Serangan gelombang panas kali ini bahkan memaksa pemerintah di beberapa negara bagian untuk mendeklarasikan status darurat siaga I. Serangan tahun itu memakan beberapa korban meninggal (karena kepanasan), mematikan ratusan ikan air tawar, merusak hasil pertanian, memicu kebakaran hutan yang hebat, serta membunuh hewan-hewan ternak.

Pada tahun 2003, daerah Eropa Selatan juga pernah mendapat serangan gelombang panas hebat yang mengakibatkan tidak kurang dari 35.000 orang meninggal dunia dengan korban terbanyak dari Perancis (14.802 jiwa). Perancis merupakan negara dengan korban jiwa terbanyak karena tidak siapnya penduduk dan pemerintah setempat atas fenomena gelombang panas sebesar itu. Korban jiwa lainnya tersebar mulai dari Inggris, Italia, Portugal, Spanyol, dan negara- negara Eropa lainnya. Gelombang panas ini juga menyebabkan kekeringan parah dan kegagalan panen merata di daerah Eropa.

Mungkin kita tidak mengalami gelombang-gelombang panas maha dahsyat seperti yang dialami oleh Eropa dan Amerika Serikat, tetapi melalui pengamatan dan dari apa yang Anda rasakan sehari-harinya. Anda dapat juga merasakan betapa panasnya suhu di sekitar Anda. Cobalah perhatikan seberapa sering Anda mendengar ataupun mungkin mengucapkan sendiri kata-kata seperti: “Panas banget ya hari ini!” Apabila Anda kebetulan bekerja di dalam ruangan ber-AC dari pagi hingga siang hari sehingga Anda tidak sempat merasakan panasnya suhu belakangan ini, Anda dapat menanyakannya kepada teman-teman ataupun orang disekitar Anda yang kebetulan bekerja di luar ruang. Orang-orang yang sehari-harinya bekerja dengan menggunakan kendaraan terbuka di siang hari bolong (misalnya sales dengan sepeda motor) mungkin dapat menceritakan dengan lebih jelas betapa panasnya sinar matahari yang menyengat punggung mereka.

Fakta #5: Habisnya Gletser- Sumber Air Bersih Dunia

Mencairnya gletser-gletser dunia mengancam ketersediaan air bersih, dan pada jangka panjang akan turut menyumbang peningkatan level air laut dunia. Dan sayangnya itulah yang terjadi saat ini. Gletser-gletser dunia saat ini mencair hingga titik yang mengkhawatirkan!
NASA mencatat bahwa sejak tahun 1960 hingga 2005 saja, jumlah gletser-gletser di berbagai belahan dunia yang hilang tidak kurang dari 8.000 meter kubik! Para ilmuwan NASA kini telah menyadari bahwa cairnya gletser, cairnya es di kedua kutub bumi, meningkatnya temperatur bumi secara global, hingga meningkatnya level air laut merupakan bukti-bukti bahwa planet bumi sedang terus memanas. Dan dipastikan bahwa umat manusialah yang bertanggung jawab untuk hal ini.

From : http://www.pemanasanglobal.net

Baca Selengkapnya..

Apa Penyebab Utama Pemanasan Global  

Oleh M. Akbar Fitriyan, Hs

Ada banyak cara yang harus diketahui untuk mengurangi emisi karbon dioksida, yaitu mengurangi penggunaan bahan bakar fosil; menggunakan energi terbarukan seperti energi surya atau angin; mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang barang-barang keperluan sehari-hari; mengendarai mobil berbahan bakar efisien atau yang menggunakan energi alternatif; menggunakan alat-alat elektronik yang hemat energi, dan lain-lain. Namun cara yang paling cepat untuk menghentikan pemanasan global adalah menjalani diet vegetarian!

Dalam konferensi pers pada tanggal 15 Januari yang diselenggarakan oleh Panel Antar Pemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC), ketua IPCC - Dr. Pachuari mengingatkan bahwa jika umat manusia tidak bertindak sekarang, maka perubahan iklim akan berdampak serius. Ia juga dengan jelas mengatakan cara untuk menghentikan perubahan iklim, yaitu dengan berhenti makan daging dan beralih ke gaya hidup yang lebih hijau.

Laporan Perserikatan Bangsa Bangsa tentang peternakan dan lingkungan yang diterbitkan pada tahun 2006 mengungkapkan bahwa, "Sektor peternakan adalah satu dari dua atau tiga penyumbang terbesar bagi krisis lingkungan yang paling serius dalam setiap skala, mulai dari lokal hingga global." Hampir seperlima (20 persen) dari emisi karbon berasal dari peternakan. Jumlah ini melampaui jumlah emisi gabungan yang berasal dari semua kendaraan di dunia!

Industri ternak ternyata telah menjadi penyebab utama dari pengrusakan lingkungan dan emisi gas rumah kaca. Memelihara ternak untuk konsumsi telah menjadi salah satu penghasil gas karbon dioksida terbesar serta menjadi satu-satunya sumber emisi gas metana dan nitro oksida terbesar. Sektor peternakan telah menyumbang 9 persen racun karbon dioksida, 65 persen nitro oksida, dan 37 persen gas metana yang dihasilkan karena ulah manusia. Gas metana menghasilkan gas rumah kaca 20 kali lebih besar dan nitro oksida 296 kali lebih banyak jauh di atas karbon dioksida. Peternakan juga menimbulkan 64 persen amonia yang dihasilkan karena campur tangan manusia sehingga mengakibatkan hujan asam.

Peternakan juga telah menjadi penyebab utama dari kerusakan tanah dan polusi air. Saat ini peternakan menggunakan 30 persen dari permukaan tanah di Bumi, dan bahkan lebih banyak lahan serta air yang digunakan untuk menanam makanan ternak. Menurut laporan Bapak Steinfeld, pengarang senior dari Organisasi Pangan dan Pertanian, Dampak Buruk yang Lama dari Peternakan - Isu dan Pilihan Lingkungan (Livestock’s Long Shadow–Environmental Issues and Options), peternakan adalah "penggerak utama dari penebangan hutan …. kira-kira 70 persen dari bekas hutan di Amazon telah dialih-fungsikan menjadi ladang ternak. Selain itu, ladang pakan ternak telah menurunkan mutu tanah. Kira-kira 20 persen dari padang rumput turun mutunya karena pemeliharaan ternak yang berlebihan, pemadatan, dan erosi. Peternakan juga bertanggung jawab atas konsumsi dan polusi air yang sangat banyak. Di Amerika Serikat sendiri, trilyunan galon air irigasi digunakan untuk menanam pakan ternak setiap tahunnya. Sekitar 85 persen dari sumber air bersih di Amerika Serikat digunakan untuk itu. Ternak juga menimbulkan limbah biologi berlebihan bagi ekosistem.

Konsumsi air untuk menghasilkan satu kilo makanan dalam pertanian pakan ternak di Amerika Serikat

1 kg daging Air (liter)

Daging sapi 1.000.000

Ayam 3.500

Kedelai 2.000

Beras 1.912

Gandum 900

Kentang 500

Selain kerusakan terhadap lingkungan dan ekosistem, tidak sulit untuk menghitung bahwa industri ternak sama sekali tidak hemat energi. Industri ternak memerlukan energi yang berlimpah untuk mengubah ternak menjadi daging di atas meja makan orang. Untuk memproduksi satu kilogram daging, telah menghasilkan emisi karbon dioksida sebanyak 36,4 kilo. Sedangkan untuk memproduksi satu kalori protein, kita hanya memerlukan dua kalori bahan bakar fosil untuk menghasilkan kacang kedelai, tiga kalori untuk jagung dan gandum; akan tetapi memerlukan 54 kalori energi minyak tanah untuk protein daging sapi!

Itu berarti kita telah memboroskan bahan bakar fosil 27 kali lebih banyak hanya untuk membuat sebuah hamburger daripada konsumsi yang diperlukan untuk membuat hamburger dari kacang kedelai!

Dengan menggabungkan biaya energi, konsumsi air, penggunaan lahan, polusi lingkungan, kerusakan ekosistem, tidaklah mengherankan jika satu orang berdiet daging dapat memberi makan 15 orang berdiet tumbuh-tumbuhan atau lebih.

Tahun lalu, penyelidik dari Departemen Sains Geofisika (Department of Geophysical Sciences) Universitas Chicago, Gidon Eshel dan Pamela Martin, juga menyingkap hubungan antara produksi makanan dan masalah lingkungan. Mereka mengukur jumlah gas rumah kaca yang disebabkan oleh daging merah, ikan, unggas, susu, dan telur, serta membandingkan jumlah tersebut dengan seorang yang berdiet vegan. Mereka menemukan bahwa jika diet standar Amerika beralih ke diet tumbuh-tumbuhan, maka akan dapat mencegah satu setengah ton emisi gas rumah kaca ektra per orang per tahun. Kontrasnya, beralih dari sebuah sedan standar seperti Toyota Camry ke sebuah Toyota Prius hibrida menghemat kurang lebih satu ton emisi CO2.


Beban gas rumah kaca yang disebabkan oleh berbagai diet hewan dibanding dengan diet vegan dengan pemasukan kalori yang sama. Sebagai perbandingan, perbedaan emisi gas rumah kaca antara berbagai model mobil juga diperlihatkan.

Misalnya, diet daging campur, yang mengkombinasikan daging merah dengan unggas dan ikan, sebanding dengan perbedaan emisi antara sebuah Suburban dan sebuah Camry saat masukan kalori dari sumber hewan mencapai 47 persen.


Pilihannya ada di dapur Anda: Sekalipun seseorang memilih untuk menutup matanya terhadap kekejaman dalam pertanian pakan ternak, akan tetapi keadaan darurat untuk menghentikan perubahan iklim dan bagaimana cara melakukannya sangatlah jelas. Sekarang bukan hanya para vegetarian atau pencinta lingkungan yang mengatakannya; tetapi ketua dari sebuah badan internasional, Dr. Pachauri, telah mengumumkan kepada dunia bahwa pengaruh makan daging telah merusak planet kita, dan bahwa kita harus menghentikan makan daging agar dapat membalikkan keadaan. Namun itu semua tergantung pada pilihan orang. Kita semua bertanggung jawab untuk membuat Bumi ini menjadi lebih sejuk, lebih bersih, dan lebih sehat. Jadi mulailah dari dapur Anda: pilihlah diet vegetarian dan bantulah mengerem perubahan iklim.

From : http://www.pemanasanglobal.net

Baca Selengkapnya..

Apa itu Pemanasan Global  

Oleh M. Akbar Fitriyan, Hs

"Panas banget ya hari ini!” Seringkah Anda mendengar pernyataan tersebut terlontar dari orang-orang di sekitar Anda ataupun dari diri Anda sendiri? Anda tidak salah, data-data yang ada memang menunjukkan planet bumi terus mengalami peningkatan suhu yang mengkhawatirkan dari tahun ke tahun. Selain makin panasnya cuaca di sekitar kita, Anda tentu juga menyadari makin banyaknya bencana alam dan fenomena-fenomena alam yang cenderung semakin tidak terkendali belakangan ini. Mulai dari banjir, puting beliung, semburan gas, hingga curah hujan yang tidak menentu dari tahun ke tahun. Sadarilah bahwa semua ini adalah tanda-tanda alam yang menunjukkan bahwa planet kita tercinta ini sedang mengalami proses kerusakan yang menuju pada kehancuran! Hal ini terkait langsung dengan isu global yang belakangan ini makin marak dibicarakan oleh masyarakat dunia yaitu Global Warming (Pemanasan Global). Apakah pemanasan global itu? Secara singkat pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi. Pertanyaannya adalah: mengapa suhu permukaan bumi bisa meningkat?

Penyebab Pemanasan Global

Penelitian yang telah dilakukan para ahli selama beberapa dekade terakhir ini menunjukkan bahwa ternyata makin panasnya planet bumi terkait langsung dengan gas-gas rumah kaca yang dihasilkan oleh aktifitas manusia. Khusus untuk mengawasi sebab dan dampak yang dihasilkan oleh pemanasan global, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) membentuk sebuah kelompok peneliti yang disebut dengan International Panel on Climate Change (IPCC). Setiap beberapa tahun sekali, ribuan ahli dan peneliti-peneliti terbaik dunia yang tergabung dalam IPCC mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan penemuan-penemuan terbaru yang berhubungan dengan pemanasan global, dan membuat kesimpulan dari laporan dan penemuan- penemuan baru yang berhasil dikumpulkan, kemudian membuat persetujuan untuk solusi dari masalah tersebut . Salah satu hal pertama yang mereka temukan adalah bahwa beberapa jenis gas rumah kaca bertanggung jawab langsung terhadap pemanasan yang kita alami, dan manusialah kontributor terbesar dari terciptanya gas-gas rumah kaca tersebut. Kebanyakan dari gas rumah kaca ini dihasilkan oleh peternakan, pembakaran bahan bakar fosil pada kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern, peternakan, serta pembangkit tenaga listrik.

Apa itu Gas Rumah Kaca?

Atmosfer bumi terdiri dari bermacam-macam gas dengan fungsi yang berbeda-beda. Kelompok gas yang menjaga suhu permukaan bumi agar tetap hangat dikenal dengan istilah “gas rumah kaca”. Disebut gas rumah kaca karena sistem kerja gas-gas tersebut di atmosfer bumi mirip dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas matahari di dalamnya agar suhu di dalam rumah kaca tetap hangat, dengan begitu tanaman di dalamnya pun akan dapat tumbuh dengan baik karena memiliki panas matahari yang cukup. Planet kita pada dasarnya membutuhkan gas-gas tesebut untuk menjaga kehidupan di dalamnya. Tanpa keberadaan gas rumah kaca, bumi akan menjadi terlalu dingin untuk ditinggali karena tidak adanya lapisan yang mengisolasi panas matahari. Sebagai perbandingan, planet mars yang memiliki lapisan atmosfer tipis dan tidak memiliki efek rumah kaca memiliki temperatur rata-rata -32o Celcius.

Kontributor terbesar pemanasan global saat ini adalah Karbon Dioksida (CO2), metana (CH4) yang dihasilkan agrikultur dan peternakan (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan pendingin ruangan (CFC). Rusaknya hutan-hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyimpan CO2 juga makin memperparah keadaan ini karena pohon-pohon yang mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer. Setiap gas rumah kaca memiliki efek pemanasan global yang berbedabeda. Beberapa gas menghasilkan efek pemanasan lebih parah dari CO2. Sebagai contoh sebuah molekul metana menghasilkan efek pemanasan 23 kali dari molekul CO2. Molekul NO bahkan menghasilkan efek pemanasan sampai 300 kali dari molekul CO2. Gas-gas lain seperti chlorofluorocarbons (CFC) ada yang menghasilkan efek pemanasan hingga ribuan kali dari CO2. Tetapi untungnya pemakaian CFC telah dilarang di banyak negara karena CFC telah lama dituding sebagai penyebab rusaknya lapisan ozon.

Baca Selengkapnya..