Gunungapi Lumpur Sidoarjo: Bencana Alam yang disebabkan ulah manusia?  

Oleh M. Akbar Fitriyan, Hs



Kasus terjadinya semburan lumpur panas di Sidoarjo sehubungan dengan pemboran Banjar Panji-1 oleh PT Lapindo Brantas merupakan suatu kasus yang menarik untuk disimak sesuai dengan kategori-kategori bencana yang saya sebut di atas. Yang menarik disini adalah bahwa para ahli geologi menilai bahwa semburan lumpur panas di Sidoarjo ini mempunyai sifat-sifat geologi yang sesuai dengan apa yang disebutnya sebagai gunung api lumpur (mudvolcano) yang memang banyak terdapat di sekitar utara Jawa Timur ini (G. Anyar, Bledug Kuwu dst), yang merupakan cekungan minyak Jawa Tumur Utara (Northeast Java Basin). Bahkan data bawah permukaan (hasil survey seismik) menunjukkan bahwa memang perlapisan batuan di bawah daerah Sidoarjo berada dalam tekanan berlebihan (overpressure shales) yang rawan terjadinya penerobosan lempung berair (shale intrusion) salah satu penyebab terjadinya gunungapi lumpur (mud-volcano). Dengan demikian kebanyakan para ahli geologi sebagaimana saya pantau dari mailing list IAGI-net dan juga para staf pengajar di Progam Studi Teknik Geologi ITB (yang praktis semuanya adalah bekas mahasiswa saya) berpendapat bahwa semburan lumpur panas ini merupakan gejala alam dan cenderung tidak mengkaitkan dengan pemboran Banjar Panji-1 dari PT Lapindo Brantas, sehingga murni merupakan bencana alam, sehingga yakin tidak mungkin dihentikan dengan upaya manusia. Hal ini dipertegas lagi oleh suatu seminar yang diselenggarakan oleh ASPERMIGAS (Asosiasi Perusahaan Minyak dan Gas Bumi) beberapa yang lalu yang konon dihadiri para ahi geologi dan geofisikia) yang menyimpulkan bahwa semburan lumpur panas di Sidoarjo adalah murni gejala alam dan harus dinyatakan sebagai bencana alam.



Di lain pihak para ahli teknik pemboran yang pernah saya hubungi antara lain Dr. Ir. Rudy Rubiandini (anggota Tim Nasional Penanggulangan Semburan Lumpur panas) in serta rekan-rekannya di Program Studi Teknik Perminyakan ITB juga sangat berkeyakinan bahwa penyebab semburan lumpur panas ini adalah kegagalan operasi pemboran dalam menanggulangi blow-out (kick) yang terjadi dari Fm Kujung yang berada pada kedalaman 9297 kaki (yang merupakan objektif pemboran bagi cadangan minyak dan gasbumi), serta belum sempat terpasangnya selubung pengaman (casing) pada trayek lubang bor yang sangat panjang. Dengan demikian air formasi dari Fm Kujung yang bertekanan tinggi serta bertemperatur sekitar 120 sampai 160 derajat Celcius ini naik ke atas melalui lubang bor dan pada kedalaman yang dangkal terhalang oleh sumbat semen dan casing yang sudah terpasang, dan masih mempunyai tekanan yang melebihi kekuatan lapisan batuan yang ada di atasnya sehingga terjadi retakan di luar lubang bor dan menyemburkan lumpur panas yang beruap. Dengan demikian semburan lumpur panas ini masih bisa dihentikan dengan relief well dengan menyumbat sumber airnya.

Berdasarkan yang saya pelajari dari presentasi (.ppt files) yang pernah diberikan Dr. Ir, Rudy Rubiandini (2 presentasi) juga dari Ir. Bambang Istadi (Exploration Manager PT Lapindo Brantas, 4 kali presentasi), saya simpulkan bahwa memang melihat dari gejala-gejala lapangan yang diamati (saya sendiri belum pernah mengamatinya secara langsung), semburan lumpur panas ini mempunyai ciri-ciri yang khas menunjukkan gejala gunungapi lumpur (mudvolcano), sehingga dapat dikatakan sebagai gejala alam. Namun dari urut-urutan kejadian pada waktu pemboran menjelang terjadinya semburan lumpur panas liar, dapat dipastikan bahwa kegagalan operasi pemboran ini adalah penyebab, atau paling tidak pemicu, dari terjadinya gunungapi lumpur ini. Secara teoritis penjelasan ini sangat didukung. Semburan lumpur panas ini mengandung lebih banyak air dan uap daripada gunungapi lumpur yang lumrah, sehingga dapat dipastikan kebanyakan air in berasal dari Fm Kujung atau lapisan yang di atasnya, sedangkan lumpurnya (bahan padatnya) adalah hasil gerusan/erosi oleh aliran air panas ini pada lapisan yang bertekanan tinggi yang rawan akan pembentukan gunungapi lumpur itu (sebagai mana dipastikan dan hasil analisa fosil pada lumpur). Dengan demikian semburan lumpur panas Sidoarjo ini dapat dikategorikan sebagai Bencana Alam yang disebabkan/dipicu oleh ulah manusia.

Mengingat fenomena keluarnya air-panas ini tidak begitu saja bisa mati sendirinya dalam waktu yang dekat, maka usaha untuk mematikan harus terus dulakukan, walaupun penuh kesulitan di permukaan karena tempat bekerja di permukaan selalu dirongrong dengan naiknya permukaan lumpur.
Kita berharap semua, semoga para ahli yang sedang bahu-membahu untuk mematikan semburan yang menyengsarakan rakyat Sidoarjo itu diberikan keteguhan hati, kemampuan dan keberhasilan dari Alloh Swt. . . Amin.


This entry was posted on 02.08 and is filed under . You can leave a response and follow any responses to this entry through the Langganan: Posting Komentar (Atom) .

0 Komentar